No : 2
Nama : Agus Suhendra
Kelas :XII-IA-1
3 KG Pencelaka
Sinar matahari telah terang dan menyinariku,membakar kulitku. Aku pun membuka mataku dengan perlahan-lahan. Mataku tak tahan ketika sinar matahari menyentuh wajahku. Aku bangun dari kardus yang menjadi alas tidurku. Lalu aku duduk pada alas kardusku dengan muka yang masih mengantuk. Saat itu jalanan sudah agak banyak kendaraan yang lalu lalang. Semua orang menuju tempat kerja masing-masing. Inilah hidup di kota besar seperti Jakarta.
Aku duduk terdiam dan termenung akan nasibku. Sudah 3 bulan aku tak berumah,aku tidur dengan beratapkan langit dan beralaskan kardus. Semua hal ini berawal ketika keluarga saya menerima sebuah tabung hijau gendut dan pendek seberat 3 kg. Awalnya kami sangat senang dengan bantuan pemerintah yang membagikan taabung gas itu pada orang miskin seperti kami,tetapi apa nyatanya yang terjadi.Saat itu,pada suatu hari,saat saya sedang asyik bermain dengan teman-temanku,sesuatu hal yang tak pernah ku kubayangkan terjadi dalam hidupku. Terdengar suatu suara besar tiba-tiba saat itu(DHUARRRRR!!!!). Kami spontan kaget. Ternyata itu adalah suara ledakan. Kami segera mencari dengan mata kami sumber suara ledakan itu. Kemudiaan mataku terarah pada deretan rumahku dari kejauhan. Pada deretan rumahku itu muncul asap. Apakah itu rumahku??? Aku berharap itu bukan rumahku. Segera aku dan teman-temanku mendekat berlari menuju deretan rumah itu. Jauhnya kira-kira 800 meter.
Aku berlari dan berlari. Aku khawatir dan semakin khawatir. Rasa khawatir itu semakin bertambah ketika aku semakin mendekat karena rumah yang mengeluarkan asap itu semakin mirip dengan rumahku. Ketika sudah tinggal 30 meter aku menyadari kalau itu adalah rumah yang sedang terbakar. Aku terdiam sejenak. Aku tak percaya akan hal itu. Mulutku mengangga lebar. Pikiranku kosong. “HEIII CEPATTT AMBIL AIRRR!!!!” ,seru seseorang kepadaku. Barulah aku tersadar. Seorang lain lagi mengoper kepadaku air,segera kuterima. Kuguyur rumahku dengan air. Terlihat beberapa orang mulai berdatangan dan mulai membantu. Semakin lama semakin banyak. Mereka mengguyur rumahku itu dengan air. Aku kian bertambah galau,air mataku mulai bercucuran keluar dengan deras . Aku segera mencari ibuku dan adik,Lani. Sebelumnya,mungkin mereka berada di dalam rumah. Dalam hatiku aku terus bertanya-tanya mengapa hal ini bisa terjadi. Bukannya api itu padam,tapi malah bertambah besar.”IBUUUU!!!!LANI!!!!!!DIMANA KALIANNN????”,aku berseru. Suaraku itu disaingi oleh teriakan massa sehingga menjadi terdengar samar-samar. Galau dan semakin bertambah galau perasaanku. Dimana ibuku dan adikku???Apakah mereka baik-baik saja???Aku mulai berkeliaran dan mencari. Aku terus berteriak dengan keras. Tak terdengar ada yang menjawab teriakanku. Hanya terdengar teriakan dari massa.
Api sudah menyebar ke rumah-rumah lain. Rumah-rumah kumuh itu terbuat dari kayu sehingga mudah terbakar. Warga semakin panik. Ibu-ibu dan anak-anak mulai menangis. Mereka mulai memindahkan harta mereka.Aku tetap berkeliaran sambil berteriak dan bercucuran air mata. Hasilnya nol. Mulai terdengar bunyi sirene. Mobil pemadam kebakaran tiba. Petugas-petugas pemadam kebakaran segera memakai selang memadamkan api. “Apakah ibu dan adikku sudah....”,”TIIIIIDAKKKKK…” Aku mulai menghentikan teriakanku. Aku terduduk di tanah dan menangis lebih keras lagi.Aku melihat rumahku yang sudah habis dimakan api. Aku hanya bisa terduduk sampai api dipadamkan oleh petugas pemadam kebakaran 2 jam kemudian. Aku terus duduk termenung dan disertai isak tangis.
Seorang petugas pemadam kebakaran mendatangiku dan bertanya,”Itu rumahmu ya,dek???” sambil menunju ke arah puing-puing rumahku. “Iyyy….Iyyaaa…”, jawabku padanya.”Maaf dek,kami temukan 2 mayat di bawah puing itu. Satu orang dewasa dan satu anak kecil”. ”TIIDAKKKKKKKK!!!!!”. Aku berteriak sekuat-kuatku dan melompat-lompat sambil menginjak-injak tanah. Tubuhku tegang tak menentu. “Tenang dek….Jangan bersedih..Kuatkan hati…”.Petugas pemadam kebakaran itu menangkapku,berusaha menenangkanku. Aku sudah kehilangan ayahku dan sekarang aku harus kehilangan ibu dan adikku lagi. Kini tinggal aku sendirian,bocah berumur 15 tahun. Diberitahukan kepadaku oleh petugas pemadam kebakaran bahwa penyebab kebakaran adalah tabung gas 3 kg. Aku hanya terus bisa menangis . Aku tak makan dan tak tidur 2 hari. Aku tak percaya pada hal yang telah kualami ini.
Dan sekarang,inilah aku,tinggal sebatang kara. Berjuang sendiri untuk hidup. Yang bisa kulakukan hanya lah memohon belas kasihan orang lain dengan mengamen. Kadang aku makan,kadang tidak. Jalanan adalah tempat tinggal dan penghasilanku.Inilah hidup yang tak adil itu.